Pengunjung

Pengikut

Archive for Desember 2013

Serupa Tapi Tak Sama (Kutub Utara dan Kutub Selatan)

Senin, 09 Desember 2013
Posted by we are family
Assalamu’alaikum Wr  Wb

Hai sobat blogger,pernah pergi ke tempat terdingin di Bumi ini belum?
Kalau belum dan ingin pergi kesana, aku ingin berbagi informasi mengenai kedua tempat tersebut. Sekalipun berada di paling ujung Bumi, tapi ada perbedaannya.
Apa saja perbedaannya?

Ok Let's Check This Out...

Namun, sebelum kita membahas materi kali ini, aku jadi teringat sajak dari buku Carrying the Fire karya Michael Collins.

matahari tidak terbit dan terbenam, dia tidak bergerak, hanya disitu, dan kitalah yang berputar mengitarinya ”.

Gambar 1 Kutub Utara
Gambar 2 Kutub Selatan

Kira-kira temen-temen tahu tidak lokasi dalam buku tersebut?
Yupss, dimana lagi kalau bukan di Kutub Utara dan Kutub Selatan Bumi. 
Sebagian di antara kalian pasti sudah tahu kalau penguin hanya bisa ditemukan di Kutub Selatan. Jangan harap bertemu burung yang kelihatan imut-imut di kutub utara ya. Meskipun serupa, sama-sama daratan di ujung planet Bumi yang didominasi es. Kutub utara dan kutub selatan menyimpan banyak perbedaan. Salah satu contohnya penguin tadi.

Wilayah es Arktik di kutub utara pada dasarnya merupakan lautan beku yang dikelilingi daratan yang sering disebut lingkaran Arktik (Arctic Circle). Sebaliknya, Antartika di kutub selatan adalah daratan benua dengan wilayah pegunungan dan danau berselimut es yang dikelilingi lautan. Benua Antartika mengandung hampir 90% es di seluruh dunia. Jika dicairkan, seluruh es Antartika cukup untuk memenuhi ¾ kebutuhan air minum di seluruh dunia. Maka jangan heran kalau Pangeran Mohammed Al Faisal dari Saudi Arabia pernah berencana mengangkut 100 juta ton es dari Antartika ke negaranya.

Benua Antartika (kutub selatan) jauh lebih dingin daripada Arktik bahkan terdapat lapisan es di sana yang tidak pernah meleleh sepanjang sejarah. Temperatur rata-ratanya -49 derajat Celcius. Suhu terdingin pernah tercatat pada 21 Juli 1983 sebesar -89,6 derajat Celcius di Stasiun Vostok, dekat kutub geomagnetik selatan. Sementara Arktik (kutub utara) memiliki temperatur rata-rata lebih tinggi sekitar -34 derajat Celcius.

Karena suhu yang lebih hangat ini, terbentuknya lubang ozon di atas kutub utara tidak separah kutub selatan. Sebab, suhu yang lebih hangat menyebabkan pembentukan awan stratosfer yang merusak lapisan ozon. Meski demikian, lapisan stratosfer di atas kutub utara mengalami pendinginan dari tahun ke tahun sehingga lubang ozon semakin besar. Mungkin tidak akan sebasar lubang ozon di Antartika yang mencapai luas benua Eropa.

Daratan es yang didominasi lapisan es tipis di Arktik lebih mudah retak saat musim panas tiba. Bahkan, laporan terakhir menyebutkan, ratakan es telah melanda seluruh bagian Arktik saat tiba musim panas. Di Antartika retakan lapisan es melanda wilayah-wilayah tepian saja namun sekali lepas, pulau es yang mengapung bisa berlayar dari Antartika sampai ke Selandia Baru.

Sampai saat ini, wilayah Kutub Utara masih menjadi rebutan di antara negara-negara adikuasa. Russia sudah siap mengklaim kekuasaannya di kutub utara dengan menancapkan bendera di dasar perairannya tahun lalu. Russia menyipakan pengeboran gas di Lomonosov Ridge, barisan pegunungan bawah laut pada kedalaman 1920 meter untuk memperoleh 10 miliar ton gas.

USA juga tidak ketinggalan dengan mengirim kapal pemecah es Coast Guard untuk memetakan kembali batas wilayahnya di Alaska sebelum lapisan es di sana terus menyusut karena pemanasan global. Badan Survei Geologi USA memperkirakan terdapat kandungan minyak di bawah Arktik sampai seperempat kandungan minyak dunia.

Meski Kutub Selatan diperkirakan juga menyimpan minyak terutama di sekitar Laut Ross, kemungkinan ditambang saat ini sangat kecil. Antartika telah mendapat perlindungan sesuai Traktat Antartika yang melarang siapapun melakukan segala bentuk eksplorasi minyak dan menjadikan Antartika kawasan damai serta riset bersama.

Sepanjang sejarah, Antartika memang tidak pernah dikuasai siapapun dan tidak ada penduduk asli di sana. Kontras sekali dengan wilayah lingkaran Arktik yang terdapat beberapa kota berpenduduk seperti Barrow di Alaska, Tromso, Norwegia, serta Muramansk dan Salekhaard, Russia.

Selain itu juga, hanya di Arktik saja beruang kutub bisa ditemukan secara alami. Mungkin ini juga alasan paling kuat mengapa penguin yang hanya ditemukan di kutub selatan tidak pernah menggunakan sayapnya untuk terbang. Hidup di wilayah kekuasaan masing-masing, penguin dan beruang kutub sama-sama makan ikan dan menempati puncak rantai makanan.

Ok sekian penjelasannya semoga bermanfaat


Wassalamu’alaikum Wr Wb

MeJiKu Saat Sunset dan Sunrise

Assalamu’alaykum wr wb

Hai sobat blogger, lama ga’ ngeblogging nich. Kali ini aku pengin bahas pertanyaan adikku, pertanyaanx gini “ mbak, kenapa sich koq langitnya warnanya oranye banget”. Saat itu aku bingung mau jawab pa, maksudnya jawaban sederhana tapi logis yang buat anak-anak paham. Akhirnya aku tanya temenku, jawabnya menarik, kayak gini  :
“ kan mataharinya terbenam nak, coba kamu liat matahari yang ada di atas sama di barat waktu mau tenggelam, rasanya saat terbenam tu matahari keliatan jauh banget kan, nah karena jalannya jauh banget, akhirnya dia kecapekan, terhambur deh”. Jawabannya lucu juga ya.hehe
Ok, jadi jawaban ilmiahnya gimana sich.langsung aja kita bahas yuk!


sunset

Aku pake’ konsep hukum Wien ya soalnya lebih mudah,yaitu dimana panjang gelombang berkebalikan dengan temperature abolut. Jadi kan ketika siang hari sudut datang sinar matahri jauh lebih besar, sehingga menyebabkan intensitas panas yang diterima bumi jadi besar, sehingga menyebabkan panas. Panas tuh kan ditandai dengan temperature yang tinggi. Temperature yang tinggi menyebabkan sinar matahari yang muncul  ialah sinar yang memiliki panjang gelombang rendah, yaitu biru, ungu. Tetapi karena mata kita jauh lebih sensitive terhadap warna biru maka warna langit yang terbentuk ialah biru. Sedangkan ketika sunset atau sunrise, sudut datang sinar matahari jadi jauh lebih kecil (misal 4 derajat di atas horizon). Maka temperature yang diterima bumi juga lebih sedikit, sehingga temperaturnya jadi jauh lebih rendah. Karena temperaturnya jauh lebih rendah maka  sinar matahari yang muncul ialah sinar yang memiliki panjang gelombang tinggi dalam sinar tampak seperti warna merah, oranye, atau kuning.

Jadi gini ketika sunrise atau sunset. Sinar matahari tu datang menerobos atmosfer bumi dengan sudut rendah. Ketika matahari berada 4 derajat siatas horizon, maka sinar matahari menerobos matahari lebih dari 12 times ticker daripada ketika matahari berada di atas kepala kita. Pada saat itu sinar matahari telah ditembus oleh sejumlah besar udara, Kebanyakan dari panjang gelombang tampak telah  dihamburkan oleh moekul udara.

Hajar Aswad Bukan Batu Meteor

Posted by we are family
Assalamu’alaikum Wr Wb

Pa kabar sobat blogger, bagi umat muslim pastilah tak akan terasa lengkap bila tak mengunjungi RUMAH ALLAH, yaps Ka’bah. Kalau kita liat disisi-sisi Ka’bah ada sebuah batu yang namanya tak lain dan tak bukan ialah Hajar Aswad. Ada beberapa pernyataan dari search engine google yang kontroversial tentang batu satu ini. Berikut pernyataannya :

Encyclopedia Americana menulis : “Sekiranya orang2 Islam berhenti melaksanakan thawaf ataupun shalat di muka bumi ini, niscaya akan terhentilah perputaran bumi kita ini, karena rotasi dari super konduktor yg berpusat di Hajar Aswad, tidak lagi memancarkan gelombang elektromagnetik.

Menurut hasil penelitian dari 15 Universitas : menunjukkan Hajar Aswad adalah batu meteor yg mempunyai kadar logam yg sangat tinggi, yaitu 23.000 kali dari baja yg ada”.

Bagi umat muslim khususnya, hal ini sangat menggembirakan bagi pembacanya pastilah akan mengucap kalimat “Subhanallah, Allahuakbar, Masyaallah” tidak ada salahnya memang ketika kita menemukan sesuatu yang “amazing” dan membuat diri kita merasa heran akan kebesaranNya. Namun sekarang pertanyaannya, benarkah pemberitaan itu bahwa hajar aswad terbuat dari batu meteor?

Hajar Aswad merupakan batu suci yang terletak pada pojok timur sebuah bangunan berbentuk kubus dengan ukuran tinggi 13,10m, sisi 11,03m kali 12,62m atau yang kita kenal sebagai ka’bah. Hajar Aswad diriwayatkan sebagai batu yang berasal dari luar bumi dimana umat muslim meyakini nya hajar aswad merupakan batu yang berasal dari surga. Disisi lain dalam sebuah katalog meteorit yang disusun oleh geolog Prior-Hey (1953) hajar aswad dikategorikan sebagai sebuah meteorit yang memiliki jenis aerolit/siderolit. Meteorit yang memiliki jenis aerolit/siderolit memiliki kandungan kaya akan besi dan silikat.


Meteor Siderolite. Credit : opalauctions.com

Merujuk pada sebuah riwayat yang mengatakan bahwa Hajar Aswad dapat terapung di dalam air, hal ini seolah mendobrak pernyataan yang tertulis pada katalog meteorit yang di buat oleh geolog Prior-Hey (1953) dimana meteorit jenis siderolit memiliki ciri lain yang senantiasa tenggelam jika di masukkan kedalam air mengingat massa jenis nya antara 5 hingga 7 gram/cc. Oleh karena itu hajar aswad kemudian dianggap sebagai sisa material yang berasal dari produk tumbukan atau disebut sebagai impaktit yakni padatan rapuh berongga-rongga yang menyerupai batu apung. Di daratan saudi arabia, produk hasil tumbukan atau yang lebih akrab disebut dengan impakti dapat dijumpai dilokasi kawah meteor Wabar sekitar 550km sebelah tenggara kota Riyadh. Namun pendapat ini akhirnya terbantahkan dengan sendirinya mengingat kawah Wabar yang ditemukan pada tahun 1932 ternyata terbentuk pada 9 januari 1704 melalui jatuhnya sebuah meteor yang cukup besar berukuran 10 meter yang sangat kaya dengan besi. Mengingat tumbukan meteor yang terjadi pada tahun 1704 atau dengan kata lain tumbukan terjadi lebih dari 3.500 setelah renovasi Ka’bah oleh Nabi Ibrahim AS dan Ismail AS sehingga mustahil Hajar Aswad berasal dari proses tumbukan ini.

Mencari hubungan antara Hajar Aswad dengan meteorit salah satunya bisa dilakukan dengan mencari dan memetakan kawah tumbukan meteor di sekujur Jazirah Arabia dan Nubia (Mesir-Sudan). Asumsinya, jika Hajar Aswad adalah meteorit, maka ia tiba di muka Bumi lewat proses tumbukan benda langit nan khas sehingga masih menyisakan bongkah-bongkah meteoritnya tanpa sempat lebur menjadi butir-butir mikrometeorit akibat tingginya tekanan dan besarnya energi tumbukan.

Hingga tahun 2011 di kawasan tersebut telah dijumpai 13 kawah/sisa kawah mirip kawah meteor, namun hanya 3 diantaranya yang bisa dipastikan dibentuk oleh tumbukan meteor karena menyisakan meteorit/menampakkan jejak mineral/batuan kunci, yakni kawah Wabar (Saudi Arabia), Jebel Waq as-Suwwan (Yordania) dan Kamil (Mesir). Dari ketiganya hanya kawah Wabar dan Kamil yang berpotensi menyisakan bongkah meteorit besar karena meteornya berupa meteor besi (siderit), titik tumbukan di padang pasir (sehingga tekanannya lebih rendah karena redamannya lebih besar) dan berusia sangat muda secara geologis karena terjadi di era Holosen (kurang dari 10.000 tahun terakhir).

Dengan berbagai teknik pertanggalan radioaktif diketahui kawah Wabar terbentuk +/- 300 tahun silam, sementara kawah Kamil +/- 5.000 tahun silam. Di sisi lain renovasi Ka’bah era Nabi Ibrahim AS terjadi sekitar 4.000 tahun silam, sehingga pembangunan Ka’bah di era Nabi Adam AS mungkin terjadi sekitar 8.000-9.000 tahun silam mengingat antara kedua nabi tersebut hidup sejumlah nabi dan rosul lainnya yang masing-masing berusia amat panjang (misalnya Nabi Nuh AS, yang berusia 1.000 tahun). Maka secara temporal (waktu) waktu amat sulit guna mengaitkan meteorit kedua kawah itu dengan Hajar Aswad, mengingat Hajar Aswad telah ada terlebih dahulu dibanding kedua kawah.

Hajar Aswad pernah diasumsikan sebagai batuan beku hasil aktivitas gunung berapi. Gunung berapi secara umum menghasilkan batuan beku asam (kaya silika/SiO2) serta batuan beku basa (kaya oksida logam-logam kalium, natrium, magnesium dan kalsium). Batuan beku asam secara umum berwarna terang/cerah, berkebalikan dengan batuan beku basa yang gelap. Salah satu bakuan beku asam itu memiliki ciri khas mampu terapung di air, yakni batu apung (pumice) yang 90 % bagiannya adalah pori-pori sehingga bermassa jenis lebih kecil dari 1 gram/cc. Banyak batuapung yang memiliki warna putih. Kekhasan ini cukup menarik mengingat Hajar Aswad diriwayatkan juga berwarna putih dan dapat terapung di air.
Batuapung umumnya terbentuk dalam letusan eksplosif dahsyat dengan skala letusan setara/lebih dari 5 VEI, yang salah satu ciri khasnya menghasilkan kaldera. Gunung-gunung berapi yang mampu membentuk batuapung umumnya adalah gunung berapi andesitik (gunung berapi bermagma asam), yakni yang terletak di dekat zona subduksi lempeng tektonik. Gunung-gunung berapi demikian banyak dijumpai di Indonesia, sehingga tak heran bila batuapung muncul dalam letusan Krakatau 1883 maupun Tambora 1815.

Jazirah Arabia bagian barat juga merupakan wilayah yang aktif secara vulkanik. Tetapi vulkanisme di sini tidak membentuk gunung berapi andesitik, melainkan basaltik (gunung berapi bermagma basa). Musababnya sumber magma di sini bukanlah subduksi antar lempeng melainkan titik panas (hotspot) di tengah-tengah lempeng. Salah satu jalur vulkanik Arabia membentang dari kota Mekkah ke utara melintasi kota Madinah dan berujung di daratan Nufud (panjang +/- 600 km), yang menumbuhkan dua gunung api raksasa: Harrat Rahat dan Harrat Khaybar. Selain menghasilkan batuan beku basa yang gelap, magma basaltik yang dimuntahkan gunung-gunung berapi Arabia pun cukup encer sehingga tidak terbentuk gunung berbentuk kerucut tinggi seperti di Indonesia, melainkan berbentuk amat lebar dengan puncak-puncak kerucut yang jauh lebih rendah.

Dengan demikian, apakah Hajar Aswad analog dengan batuapung? Dalam konteks geologi Jazirah Arabia, amat sulit untuk menghubungkannya. Mengingat vulkanisme Arabia lebih dominan menghasilkan batuan beku basa dan tidak dijumpai jejak-jejak letusan eksplosif. memang ada kaldera di Jabal Salma (Nufud), namun kaldera ini terbentuk sekitar 580 juta tahun silam dan terlalu tua untuk bisa menghasilkan batuapung.
Jadi, jika Hajar Aswad amat sulit dikaitkan dengan batu meteorit dan juga batu vulkanik, lantas batu ini analog dengan apa? Wallahua’lam.

Dikutip dari M Ma’rufin Sudibyo
1. Sudibyo. 2012. Ensiklopedia Fenomena Alam dalam al-Qur’an, Menguak Rahasia Ayat-Ayat Kauniyah. Surakarta: Tinta Medina, dalam Bab 5: Gunung Berapi
2. Kellogg. 1985. The Salma Caldera Complex, Northeastern Arabian Shield, Kingdom of Saudi Arabia. USGS Open File Report 85-370.
(Chabou. 2011. Abstract, Arab Impact Cratering and Astrogeology Connference II, Morocco)
(Sudibyo. 2012. Sang Nabi pun Berputar, Arah Kiblat dan Tata Cara Pengukurannya. Surakarta: Tinta Medina, dalam Bab 1: Ka’bah)
“Hajar Aswad bukanlah meteorit maupun material produk tumbukan meteor dan juga bukanlah batu vulkanik”
Sumber                : Kafe Astronomi.com